loading
Ongkos Berobat di Indonesia Semakin Mahal

Ongkos Berobat di Indonesia Semakin Mahal

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Biaya kesehatan di Indonesia selama periode tahun 2000 hingga 2010 telah mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan besaran biaya kesehatan ini disebut- sebut jauh lebih besar daripada laju inflasi pada periode yang sama.

Wakil Menteri Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, mengatakan, berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), pengeluaran biaya untuk kesehatan di Indonesia per kapita per tahun pada tahun 2001 mencapai 16,57 dolar AS. Jumlah ini meningkat menjadi 30.15 dolar AS atau naik hingga 82 persen pada tahun 2005. 

Di tahun 2006, biaya kesehatan ini kembali ‘menggelembung’ hingga menjadi 39.66 dolar AS. Angka inipun terus mengalami peningkatan menjadi 76.89 dolar AS di tahun 2010 atau naik sebesar 93,9 persen dibandingkan tahun 2006.

“Artinya, sepanjang satu dasawarsa (periode 2000-2010) terakhir, biaya kesehatan di negeri ini telah mengalami kenaikan hingga 364 persen,” ujar Ali Ghufron, dalam acara workshop ‘Peran Serta BUMN dalam Revitalisasi Dokter Primer guna Memperkuat SKN’ di Patra Semarang Convention Hotel (PSCH), Senin (21/1) malam.

Untuk mengatasi mahalnya biaya kesehatan, pemerintah bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah menggagas satu terobosan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang lebih ‘pro rakyat’ melalui revitalisasi dokter primer sebagai ujung tombak SKN.  Salah satu BUMN yang akan digandeng adalah PT Pertamina (Persero). 

Menurut Ali Ghufron, pemerintah tengah menggagas SKN yang memadukan upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah, diselenggarakan secara sinergis dan melibatkan semua unsur pemerintah, swasta dan masyarakat. Sistem ini, jelasnya, tetap mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) tahun 2005- 2025. “Sehingga tetap linier dengan program- program peningkatan kualitas layanan kesehatan yang dilaksanakan pemerintah,” ujarnya. N