Jakarta -PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I mulai membangun dan mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara (Sumut). Pelabuhan yang terletak 100 km dari Kota Medan itu dianggap cukup strategis menampung bongkar muat kontainer yang lalu-lalang di jalur pelayaran Selat Malaka.
Direktur Utama Pelindo I Bambang Eka Cahyana mengungkapkan, setiap tahun ada 50 juta Teus kontainer yang bergerak di Selat Malaka. Singapura masih menjadi tujuan bongkar muat utama dengan jumlah teus yang cukup besar setiap tahunnya.
"Setiap tahun ada 50 juta teus kontainer yang bergerak di Selat Malaka. Dari jumlah itu Belawan kebagian 1 juta teus, Tanjung Priok 7 juta teus, Batam 300 ribu teus, Surabaya 4 juta teus. Secara total Indonesia baru 15 juta. Singapura 30 juta teus dan Malaysia yaitu Port Kelang 5 juta teus. Kuala Tanjung sendiri belum ada, targetnya 2 juta teus di 2019," tuturnya saat rapat dengan pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Rabu (27/05/2015).
Cara yang dilakukan Pelindo I agar Kuala Tanjung dapat menampung 2 juta teus kontainer di tahun 2019 adalah dengan membangun Pelabuhan Kuala Tanjung. Eka menuturkan pembangunan pelabuhan dibagi menjadi 3 tahapan.
Tahap pertama yaitu pengembangan multi purpose terminal dengan kapasitas 500 ribu teus. Untuk membangun terminal ini, Pelindo I butuh dana segar hingga Rp 4 triliun.
Pelindo I sudah menggandeng beberapa BUMN sebagai investor utama dengan sistem pembagian saham yaitu Waskita Karya dengan porsi kepemilikan saham 20% dan PT PP 25%, sedangkan Pelindo I memegang saham mayoritas yaitu 55%.
"Konstruksi sudah berjalan, progres 2% sedangkan fisik pembangunan akan sampai Desember 2016 dan siap dioperasikan di kuartal I-2017. Untuk alat masuk pada bulan Januari 2017," tuturnya.
Sementara itu di tahap II pengembangan kawasan industri. Di sini Pelindo I membutuhkan akuisisi lahan sehingga membutuhkan dana hingga Rp 5 triliun.
"Kami gandeng Taspen sebagai investor. Kami juga berharap pemerintah bisa menurunkan PMN (Penyertaan Modal Negara)," katanya.
Sedangkan tahap ke III adalah pembangunan Terminal Petikemas. Di fase ini, Pelindo I membutuhkan dana yang cukup besar hingga US$ 4 miliar. Sehingga harapannya di tahun 2019 seluruh pembangunan fisik pelabuhan selesai dan Kuala Tanjung dapat menampung bongkar muat kontainer hingga 2 juta teus per tahun.
"Pengembangan sendiri ambisi kami adalah ingin membuat Kuala Tanjung hub port Barat Indonesia. Nantinya kita bisa mengambilkan sebagian share petikemas yang selama ini dinikmati Port Klang dan Singapura (di Selat Malaka)," jelasnya.