loading
Menperin: Industri Tak Ingin Terbebani Kenaikan Tdl

Menperin: Industri Tak Ingin Terbebani Kenaikan Tdl

Jakarta, (Analisa). Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan pelaku industri meminta agar kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 15 persen tidak dibebankan seluruhnya ke sektor itu.

"Semua industri menggunakan listrik, tapi (kenaikan TDL) dengan cara
bertahap dan kenaikannya maksimal 15 persen saya rasa masih bisa
ditolerir," kata Hidayat usai menghadiri rapat koordinasi di kantor
Kemenko Perekonomian di Jakarta, Kamis.


Menurut dia, pelaku industri meminta agar kenaikan TDL tidak seluruhnya
dibebankan di sektor itu tetapi juga dibebankan ke sektor konsumsi. Meski
serapannya cenderung lebih kecil, pelaku industri menginginkan agar kelas
menengah yang berlangganan listrik 900 watt juga bisa dikenai 

"Jadi yang kelas menengah yang jumlah langganan 900 watt juga dikenai,
tapi sedikit," ujarnya.

Sebelumnya, Rabu, Pemerintah memastikan kenaikan harga tarif dasar listrik
sebesar 15 persen untuk pengguna listrik di atas 900 watt per 1 Januari 2013.

Pemerintah akhirnya menetapkan mekanisme kenaikan per tiga bulan dengan
besaran 4,3 persen tiap kali kenaikan. Skema itu diambil dari tiga opsi
kenaikan TDL, yakni naik langsung 15 persen, naik tiap bulan atau naik
pertiga bulan.

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik, langkah itu
merupakan bentuk subsidi silang yang dilakukan untuk masyarakat kelas bawah
yang banyak menggunakan listrik dengan daya 450 watt dan 900 watt. 

Sementara, sektor industri memiliki strata kenaikkan yang berbeda. Misalnya,
kenaikan tarif listrik pada industri garmen yang tidak terlalu tinggi
sedangkan industri hiburan dan spa akan menghadapi kenaikan yang cukup
signifikan.

Konsumsi Listrik 2013 Diprediksi Turun

Direktur Operasi Jawa-Bali PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero, Ngurah
Adnyana mengatakan bahwa konsumsi listrik diprediksi turun pada saat perayaan
Tahun Baru 2013.

"Untuk Natal dan Tahun Baru, konsumsi listrik cenderung menurun bahkan
untuk wilayah DKI Jakarta bisa menurun sampai 500 Mega Watt," kata
Adnyana, saat melakukan sidak di Gardu Induk (GI) Penggilingan Jakarta Timur,
Kamis.

Adnyana mengatakan bahwa beban atau konsumsi listrik menurun akibat dari
liburnya pabrik-pabrik yang diakibatkan libur nasional untuk merayakan
pergantian tahun.

"Dunia industri dan pabrik-pabrik berhenti beroperasi, jadi konsumsi
listrik menurun," tambah Adnyana.

Pada April lalu, berdasarkan keterangan tertulis dari PLN, beban puncak
tertinggi pemakaian listrik di sistem kelistrikan Jawa, Madura, dan Bali
(Jamali) terjadi pada Senin (16/4) itu dengan besaran mencapai 19.903
megawatt (MW).

PLN menduga cuaca panas selama beberapa hari di DKI Jakarta yang memicu
pemakaian penyejuk ruangan (AC) telah membuat beban puncak listrik mencapai
rekor tertinggi.

"Angka ini lebih tinggi dari rencana beban puncak malam yaitu sebesar
19.550 MW," kata Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN Bambang
Dwiyanto, dalam keterangan tertulis.

Pantauan PLN Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (P3B JB)
melaporkan rekor beban puncak tersebut terjadi sekitar pukul 18.30 WIB. 

Sebelumnya, beban puncak tertinggi terjadi pada November 2011 sebesar 19.739
MW. (Ant)