JAKARTA - Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan, proyek pembangunan transmisi listrik di Sumatera dapat dilakukan dalam beberapa paket.
Dahlan ngotot melanjutkan rencana proyek ini demi mengatasi krisis listrik di Sumatera. "Dibagi menjadi dua belas paket," ujar Dahlan di Jakarta, hari ini.
Menurut dia, pembangunan transmisi listrik berkapasitas 500 kV itu akan dilakukan oleh lima perusahaan pelat merah bidang konstruksi. Paket 1 dan 2 dikerjakan oleh PT Wijaya Karya Tbk, paket 3 dan 10 oleh PT Pembangunan Perumahan Tbk, serta paket 4 dan 5 oleh PT Hutama Karya.
Selanjutnya, paket 7, 8, dan 9 akan dikerjakan oleh PT Waskita Karya Tbk, serta paket 5, 6, dan 11 oleh PT Adhi Karya Tbk. Selanjutnya, paket 12 akan dikerjakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Namun, Dahlan tidak menjelaskan lebih rinci mengenai paket-paket tersebut. "Panjang totalnya 1.000 kilometer dari Palembang ke Medan," kata Dahlan.
Pembangunan transmisi listrik itu, ia melanjutkan, bakal menelan biaya Rp10 triliun. Menurut Dahlan, biaya itu lebih murah dibanding yang disebutkan sebelumnya, yaitu Rp60 triliun. Pembiayaannya berasal dari patungan BUMN konstruksi dan BUMN perbankan.
"Ini 30 persen BUMN karya dan 70 persen bank pelat merah," kata Dahlan.
Pemerintah daerah Sumatera Utara pun akan turut serta dalam pembangunan transmisi itu. Nantinya, Dahlan menjelaskan, setiap paket ini akan dikerjakan oleh anak perusahaan yang dibentuk perusahaan pelat merah dan pemda.
"Melibatkan pemda, seperti tol Bali, supaya mempunyai saham. Satu paket satu anak usaha," kata dia.
Pembangunan transmisi tersebut diharapkan dapat dilakukan tahun ini. Dahlan meminta agar kegiatan studi dan survei untuk proyek ini bisa kurang dari dua bulan.
"Survei satu setengah bulan, biasanya enam bulan. Kami akan berkumpul lagi dengan direktur BUMN karya di Medan, tanggal 7 April malam. Turut diundang gubernur dan bupati," kata dia.
Sebelumnya, Dahlan mengatakan, sudah ada perencanaan pembangunan transmisi 275 kV di Sumatera. Sayangnya, perencanaan pembangunan transmisi yang dilakukan 15 tahun lalu itu dilakukan di daerah barat Sumatera. Padahal, kini laju pertumbuhan ekonominya lebih pesat di daerah timur Sumatera.
"Sangat mungkin dibangun 'tol' listrik Sumatera untuk mengatasi peningkatan kebutuhan listrik Sumatera yang drastis. Transmisi yang dibangun tujuh tahun lalu melewati pantai barat itu, tidak ada kepastian kapan selesai karena banyak yang melewati hutan lindung," kata dia.
Ia mengibaratkan pembangunan transmisi 275 kV layaknya jalan tol dengan dua jalur. Padahal, kebutuhan listrik di sana ibarat kendaraan yang memerlukan empat jalur jalan tol. "Tolnya ibarat dua jalur, padahal keperluannya empat jalur. Tapi, jangan menyalahkan yang dulu, lho," kata dia.